Sejarah
gerakan perempuan Indonesia tak bisa lepas dari namanya. Beliau bernama Umi
Sardjono, lahir di Semarang pada 24 Desember 1923 dan meninggal di usia 88 tahun.
Semasa muda Umi mengenyam pendidikan di Semarang hingga kuliah di Akademi
Sosial Politik, lantas melanjutkan sekolahnya di Jakarta pada 1950-an.
Umi
meninggal di kampung halamannya, semasa sakit Umi dirawat seorang keponakan dan
ia juga yang sudah menemani Umi hingga menutup mata. Kampung halaman Umi berada
di Jalan Tegalan, Matraman, Kampung Melayu, Jakarta Pusat.
Umi juga
tercatat sebagai salah satu penghuni Panti Waluyo Sejati Abadi di Jalan Kramat V,
Jakarta. Di panti tersebut, Umi tinggal bersama belasan perempuan korban 1965.
Panti yang diresmikan Gus Dur dan Taufiq Kiemas itu menampung para korban
G30S/1965 yang rata-rata pernah dipenjara minimal 11 tahun.
Dikisahkan
semasa zaman pendudukan Jepang, Umi membuka warung di depan markas tentara
Peta, yang digunakan sebagai pos penghubung antara para aktivis dengan kelompok
gerakan komunis bawah tanah. Umi merupakan istri seorang pria benama Sukisman
(seorang pemimpin PKI), tentunya secara langsung Umi juga merupakan anggotanya.