Senin, 19 Maret 2012

Dibalik Fenomena Lagu Genjer-Gerjer


Lagu genjer-genjer yang asli diciptakan oleh Almarhum Muhammad Arief. Dalam perkembangannya lagu genjer - genjer sangat popular di Era jaman orde lama, lagu genjer – genjer  sering di putar diradio – radio dan menjadi Hit di tahun 1950 - 1960an. Banyak penyanyi Top Indonesia yang membawakan lagu ini, seperti Bing  Slamet dan lilies suryani.


Lagu ini sebenarnya  berbahasa jawa,  didalam lagu ini menceritakan tentang  kondisi rakyat yang semakin sesangsara dibanding sebelumnya. Bahkan ‘genjer’ (Limnocharis flava) tanaman gulma yang tumbuh di rawa-rawa sebelumnya dikosumsi itik, namun menjadi santapan yang lezat akibat tidak mampu membeli daging diera masa pendudukan jepang.



Bermula sebelum pendudukan tentara Jepang pada tahun 1942, wilayah Kabupaten Banyuwangi termasuk wilayah yang secara ekonomi tak kekurangan. Apalagi ditunjang dengan kondisi alamnya yang subur. Namun saat pendudukan Jepang di Hindia Belanda pada tahun 1942, kondisi Banyuwangi sebagai wilayah yang surplus makanan berubah sebaliknya. Karena begitu kurangnya bahan makanan, sampai-sampai masyarakat harus mengolah daun genjer (limnocharis flava) di sungai yang sebelumnya oleh masyarakat dianggap sebagai tanaman pengganggu.


Situasi sosial semacam itulah yang menjadi inspirasi bagi Muhammad Arief, seorang seniman Banyuwangi kala itu untuk menciptakan lagu genjer-genjer. Digambar oleh M Arif bahwa akibat kolonialisasi, masyarakat Banyuwangi hidup dalam kondisi kemiskinan yang luar biasa sehingga harus makan daum genjer. Kisah itu tampak dalam sebait lagu genjer-genjer di atas.

Seiring dengan perkembangan waktu dan Indonesia mencapai kemerdekaan, Muhammad Arief sebagai pencipta lagu genjer-genjer bergabung dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) yang memiliki hubungan ideologis dengan Partai Komunis Indonesia. Maka lagu ini pun segera menjadi lagu popular pada masa itu.

Bahkan dalam pernyataannya dalam beberapa media, Haji Andang CY seniman sekaligus teman akrab M Arief di Lekra serta Hasnan Singodimayan, sesepuh seniman Banyuwangi mengungkapkan bahwa lagu genjer-genjer menjadi lagu populer di era tahun 1960-an, di mana Bing Slamet dan Lilis Suryani penyanyi beken waktu itu juga gemar menyanyikannya dan sempat masuk piringan hitam.

Kedekatan lagu genjer-genjer dengan tokoh-tokoh Lekra dan komunis memang tak dapat dipungkiri. Bahkan dalam sebuah perjalanan menuju Denpasar, Bali pada tahun 1962, Njoto seorang seniman Lekra dan juga tokoh PKI sangat kesengsem dengan lagu genjer-genjer.


Waktu itu Njoto memang singgah di Banyuwangi dan oleh seniman Lekra diberikan suguhan lagu genjer-genjer. Tatkala mendengarkan lagu genjer-genjer itu, naluri musikalitas Njoto segera berbicara. Ia segera memprediksikan bahwa lagu genjer-genjer akan segera meluas dan menjadi lagu nasional. Ucapan Njoto segera menjadi kenyataan, saat lagu genjer-genjer menjadi lagu hits yang berulang kali ditayangkan oleh TVRI dan diputar di RRI.


Entah apa yang salah dengan genjer-genjer sebagai sebuah produk kebudayaan. Selepas PKI dan orang-orang PKI, berikut anak cucunya dihancurkan oleh Orde Baru, tak terkecuali pula lagu genjer-genjer yang sebenarnya adalah lagu yang menggambarkan potret masyarakat pada zaman pendudukan Jepang. Mungkin steriotype lagu genjer-genjer menjadi lagu komunis dan patut dihancurkan muncul atas beberapa faktor:


Pertama, sejak awal lagu ini berkembang dan dikreasi oleh kalangan komunis dan dikembangkan oleh kalangan komunis pula. Walaupun pada perkembangannya pada era tahun 1960-an lagu ini tidak hanya digemari oleh kalangan komunis, tetapi juga masyarakat secara luas. Namun Orde Baru menerapkan politik bumi hangus, maka seluruh produk apa pun yang dilahirkan oleh orang-orang komunis haram hukumnya dan patut dihabisi.


Kedua, ketika peristiwa G 30 S tahun 1965 terjadi, Harian KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) mempelesetkan genjer-genjer menjadi jenderal-jenderal. Dalam catatan pribadinya Hasan Singodimayan, seniman HSBI dan teman akrab M Arief menuliskan bahwa lagu "Genjer-genjer" telah dipelesetkan, seperti berikut:


Jendral Jendral Nyang ibukota pating keleler
Emake Gerwani, teko teko nyuliki jendral
Oleh sak truk, mungkir sedot sing toleh-toleh
Jendral Jendral saiki wes dicekeli

Jendral Jendral isuk-isuk pada disiksa
Dijejer ditaleni dan dipelosoro
Emake Germwani, teko kabeh milu ngersoyo
Jendral Jendral maju terus dipateni



Akibat penulisan lagu "Genjer-genjer" menjadi jenderal-jenderal, maka kian kuatlah alasan Orde Baru untuk membumi hanguskan lagu ini. Pada perkembangannya, siapa pun yang tetap menyanyikan lagu ini akan ditangkap oleh aparat keamanan, tentu dengan tuduhan komunis.


Karena larangan menyanyikan lagu genjer-genjer, maka beberapa seniman gandrung di Banyuwangi juga dilarang untuk menyanyikan lagu genjer-genjer, dan beberapa lagu dan gendhing yang memompa kesadaran politik massa rakyat.


Para seniman gaek pada masa itu seperti Hasnan Singodimayan, dan Haji Andang CY juga merasa heran dengan munculnya lirik lagu genjer-genjer yang sedemikian mendeskreditkan petinggi-petinggi militer waktu itu. Namun apalah kuasa orang-orang lemah waktu itu. Sudah jatuh tertimpa tangga pula, mungkin itulah ungkapan yang patut untuk menggambarkan kondisi seniman-seniman rakyat yang kebanyakan berafiliasi dengan Lekra. Jangankan mengoreksi lagu genjer-genjer, menyelamatkan diri mereka saja sudah susah.


Cerita mengerikan versi Orde Baru yang lambat laun mulai diragukan seiring tidak terbuktinya penyiksaan para jenderal itu, membuat image lagu Genjer-genjer ikut pula mengerikan. Apalagi, G30S diikuti rentetan penculikan dan pembunuhan di beberapa kantong PKI. Termasuk di Banyuwangi, tempat pencipta lagu Genjer-genjer Muhammad Arief tinggal.


Benarkah lagu Genjer-genjer identik dengan PKI? Pertanyaan lama yang selalu dibantah, namun tetap tidak menghapus stigma. Budayawan Banyuwangi Fatrah Abbal, 76, menceritakan, lagu Genjer-genjer diilhami oleh masakan sayur genjer yang disajikan Ny. Suyekti, Istri Muhammad Arief di tahun 1943.


"M.Arief heran, tanaman yang awalnya dikenal sebagai makanan babi dan ayam itu ternyata enak juga dimakan manusia, akhirnya ia mengarang lagu Genjer-genjer,” katanya.


Begitu terkenalnya lagu yang nadanya mirip dengan lagu rakyat berjudul Tong Ala Gentong Ali Ali Moto Ijo itu hingga Seniman Bing Slamet dan Lilis Suryani pun menyanyikannya.


Kedekatan lagu itu dengan PKI tidak bisa dilepaskan dengan kondisi politik di tahun 1965. Masa di mana politik Indonesia membuka ruang bagi ideologi apapun itu membuahkan persaingan antar partai politik. Termasuk persaingan dalam hal berkesenian.


Seperti Partai Nasional Indonesia (PNI) dengan Lembaga Kesenian Nasional (LKN), Partai Nahdlatul Ulama (NU) dengan Lesbumi, Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan Lembaga Kesenian Rakyat (Lekra) serta Masyumi dengan Himpunan Seni dan Budaya Islam (HSBI). “Lekra menggandeng seniman Banyuwangi, termasuk Muhammad Arief,”.

Sejak digandeng Lekra, seni Banyuwangi-an semakin dikenal. Banyak lagu-lagu Banyuwangi yang sering dinyanyikan di acara PKI dan underbownya. Termasuk lagu Genjer-genjer yang diciptakan di tahun 1943, lagu Nandur Jagung dan lagu Sekolah.


Muhammad Arief sebagai seniman pun ditawari bergabung dengan Lekra dan ditempatkan sebagai anggota DPRD Kabupaten Banyuwangi. Seniman yang dulu bernama Syamsul Muarif itu juga diminta mengarang lagu yang senapas degan ideologi PKI. Seperti lagu berjudul Ganefo, 1 Mei, Harian Rakyat, Mars Lekra dan Proklamasi.


Seiring dengan perkembangan jaman lagu ini sempat di cekal diera jaman orde baru yaitu ketika Peristiwa Gerakan 30 September pada tahun 1965 yang melibatkan PKI membuat rezim Orde Baru yang anti-komunisme melarang disebarluaskannya lagu ini. Menurut versi TNI, para anggota Gerwani dan Pemuda Rakyat menyanyikan lagu ini ketika para jendral yang diculik diinterogasi dan disiksa. Peristiwa ini digambarkan pada film Pengkhianatan G 30 S/PKI besutan Arifin C. Noer.


Lagu berjudul Genjer-genjer menjadi salah satu penggalan cerita yang mengiringi peristiwa Gerakan 30 September atau yang dikenal dengan sebutan G30S-Partai Komunis Indonesia. Konon, lagu yang menceritakan tentang tanaman genjer (limnocharis flava) itu dinyanyikan oleh anggota Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani)-PKI, saat menyiksa para petinggi TNI di Lubang Buaya. 

Dalam aksi "pembersihan" terhadap komunis di tahun 1966-1967 di Indonesia, Muhammad Arief, pencipta lagu "Genjer-genjer" meninggal dibunuh akibat dianggap terlibat dalam organisasi massa onderbouw PKI.

Setelah berakhirnya rezim Orde Baru pada tahun 1998, larangan penyebarluasan lagu "Genjer-genjer" secara formal telah berakhir. Lagu "Genjer-genjer" mulai beredar secara bebas melalui media internet.


Walaupun telah diperbolehkan, masih terjadi beberapa kasus yang melibatkan stigmatisasi lagu ini, seperti terjadinya demo sekelompok orang terhadap suatu stasiun radio di Solo akibat mengudarakan lagu tersebut. (San)





LIRIK LAGU GENJER-GENJER


Genjer-genjer nong kedo'an pating keleler
Genjer-genjer nong kedo'an pating keleler
Ema'e thole teko-teko mbubuti genjer
Ema'e thole teko-teko mbubuti genjer
 
Oleh satenong mungkur sedot sing toleh-toleh
Genjer-genjer saiki wis digowo mulih

Genjer-genjer esuk-esuk didol neng pasar
Genjer-genjer esuk-esuk didol neng pasar
 
Dijejer-jejer diuntingi podo didasar
Dijejer-jejer diuntingi podo didasar
 
Ema'e jebeng podo tuku gowo welasar
Genjer-genjer saiki wis arep diolah



TERJEMAHAN:

Genjer-genjer ada di lahan berhamparan
Genjer-genjer ada di lahan berhamparan
 
Ibunya anak-anak datang mencabuti genjer
ibunya anak-anak datang mencabuti genjer
 
Dapat sebakul dipilih yang muda-muda
Genjer-genjer sekarang sudah dibawa pulang

Genjer-genjer pagi-pagi dibawa ke pasar
Genjer-genjer pagi-pagi dibawa ke pasar
 
Ditata berjajar diikat dijajakan
Ditata berjajar diikat dijajakan
 
Emaknya jebeng beli genjer dimasukkan dalam tas
Genjer-genjer sekarang akan dimasak

14 komentar:

  1. Indonesia ditahun 1965 adalah negara berideologi Pancasila yang hancur karena pengaruh dari 2 Ideologi negara Super Power yang saling bertolak belakang. Ideologi Komunisme dan Sosialis memang cenderung Diktator dan Otoriter, contohnya USSR / Uni Soviet pada masa kepemimpinan Joseph Stalin. Namun sepertinya jauh lebih kejam negera ber Ideologi Liberal seperti USA yang menerapkan Imperialisme dan Kapitalisme. Dan bukan rahasia umum lagi ekonomi negara Adi Daya dengan julukan negeri Paman Sam itu dibawah kendali Zionis Yahudi. USA pada waktu itu sudah jelas punya rencana menggulingkan Soekarno lewat Soeharto beserta antek2nya yang mendapat dukungan dari CIA untuk melancarkan Genosida terhadap bangsa sendiri. Soekarno dianggap sebagai public figure nomor 1 NKRI yang anti kolonialisme, imperialisme dan kapitalisme dengan semangat berdikari atas bangsa sendiri, maka dari itu USA ingin menyingkirkan beliau. Lewat dogma propaganda hiperbola tak bermoral yang mendoktrin masyarakat untuk melakukan pembantaian secara biadab tak berperikemanusiaan yang dimotori Pasukan Kematian "DeathSquad" Berbaret Merah (RPKAD). Jutaan rakyat tak berdosa meregang nyawa di tangan bangsa sendiri dibawah komando transisi Rezim Orde Baru yang dijadikan robot pembunuh oleh CIA "USA". And the final count down, USA tertawa puas karena siasat kerjasama liciknya dengan Sang Jenderal berlumuran darah berjalan mulus. Freeport, Exxon, Newmonth dkk mengeksploitasi habis2an sumber daya alam bumi pertiwi yang seharusnya bisa dinikmati rakyat Indonesia dari sabang sampai merauke. Ibarat gadis cantik manis yang diperkosa secara masal oleh segerombolan bangsat diatas gunungan tengkorak dan lautan darah di tanah air Indonesia. Seharusnya kita lebih sadar dan meresapi kata2 pemimpin Nazi Jerman dari pada propaganda membunuh bangsa sendiri yang abadi dalam siklus kebodohan. "Saya bisa memusnahkan semua orang Yahudi di dunia ini, tapi saya meninggalkan beberapa dari mereka hidup, sehingga anda tahu mengapa saya membunuh mereka" -ADOLF HITLER. Secara tidak langsung sejarah kelam Indonesia tahun 1965-1966 adalah perbuatan lempar batu sembunyi tangan yang berkaitan erat atas kunci jawaban dari pernyataan Hitler tersebut. Open your mind Indonesia !!

    BalasHapus
  2. Indonesia ditahun 1965 adalah negara berideologi Pancasila yang hancur karena pengaruh dari 2 Ideologi negara Super Power yang saling bertolak belakang. Ideologi Komunisme dan Sosialis memang cenderung Diktator dan Otoriter, contohnya USSR / Uni Soviet pada masa kepemimpinan Joseph Stalin. Namun sepertinya jauh lebih kejam negera ber Ideologi Liberal seperti USA yang menerapkan Imperialisme dan Kapitalisme. Dan bukan rahasia umum lagi ekonomi negara Adi Daya dengan julukan negeri Paman Sam itu dibawah kendali Zionis Yahudi. USA pada waktu itu sudah jelas punya rencana menggulingkan Soekarno lewat Soeharto beserta antek2nya yang mendapat dukungan dari CIA untuk melancarkan Genosida terhadap bangsa sendiri. Soekarno dianggap sebagai public figure nomor 1 NKRI yang anti kolonialisme, imperialisme dan kapitalisme dengan semangat berdikari atas bangsa sendiri, maka dari itu USA ingin menyingkirkan beliau. Lewat dogma propaganda hiperbola tak bermoral yang mendoktrin masyarakat untuk melakukan pembantaian secara biadab tak berperikemanusiaan yang dimotori Pasukan Kematian "DeathSquad" Berbaret Merah (RPKAD). Jutaan rakyat tak berdosa meregang nyawa di tangan bangsa sendiri dibawah komando transisi Rezim Orde Baru yang dijadikan robot pembunuh oleh CIA "USA". And the final count down, USA tertawa puas karena siasat kerjasama liciknya dengan Sang Jenderal berlumuran darah berjalan mulus. Freeport, Exxon, Newmonth dkk mengeksploitasi habis2an sumber daya alam bumi pertiwi yang seharusnya bisa dinikmati rakyat Indonesia dari sabang sampai merauke. Ibarat gadis cantik manis yang diperkosa secara masal oleh segerombolan bangsat diatas gunungan tengkorak dan lautan darah di tanah air Indonesia. Seharusnya kita lebih sadar dan meresapi kata2 pemimpin Nazi Jerman dari pada propaganda membunuh bangsa sendiri yang abadi dalam siklus kebodohan. "Saya bisa memusnahkan semua orang Yahudi di dunia ini, tapi saya meninggalkan beberapa dari mereka hidup, sehingga anda tahu mengapa saya membunuh mereka" -ADOLF HITLER. Secara tidak langsung sejarah kelam Indonesia tahun 1965-1966 adalah perbuatan lempar batu sembunyi tangan yang berkaitan erat atas kunci jawaban dari pernyataan Hitler tersebut. Open your mind Indonesia !!

    BalasHapus
    Balasan
    1. trus kalau dulu dikelola sendiri emang bisa?emang ada wacana kesitu?emang dari tahun 50 s/d 65 itu sudah mulai berjalan dan direncanakan....ckckckckck....terlalu teoristis kawan....

      Hapus
    2. haha,,,, ga ada bukti yg kongkrit,,, jadi enak diam aja mas anggit .. intinya komunis ga boleh hidup di Indonesia ,,titikkk

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. semoga tenang disana om beni soeharto alm.
    diampuni dosa2nya dan ditempatkan disisinya

    BalasHapus
  6. Menjadi pempimpin ya harus ada resiko nya lah ,jujur 100% ga mungkin emang nya malaikat di benci dan di kagumi sudah pasti laah ,
    Klau g percya cba tnya sama orang tua ( enakan jaman soeharto ataw sekarang) ???

    BalasHapus
    Balasan
    1. harus di ingat juga, Indonesia hancurnya di jaman siapa? jaman Soeharto juga kan....jadi ga usah banding2kan...Indonesia itu kaya akan sumber alam. dijaman Soeharto sumber alam kita dikeruk habis2an. jaman sekarang ini adalah imbas dari jaman Soeharto

      Hapus
    2. masak, hancur karena apa dan siapa? runtutanya dong sedetai-detainya....hancur tuh bagaimana?trus solusinya bagaimana?nyalahin orang aja bisa, ini moral yang perlu diperbaiki...

      Hapus
    3. Komen pernah enak sa ganesha...

      Hapus
  7. Itulah indonesia korban konspirasi amerika.. orang yg teriak2 itu tidak mengerti sejarah.

    BalasHapus
  8. Itulah indonesia korban konspirasi amerika.. orang yg teriak2 itu tidak mengerti sejarah.

    BalasHapus